Tak Sebatas Impian

TAK SEBATAS IMPIAN
Aku hanya bisa menatapnya dari balik kacamata minusku. Klasik memang, hari gini aku masih saja nggak berani untuk mendekati cowok. Memang begitulah aku. Tumpukan buku menjadi sahabatku sehari-hari mulai dari diktat kuliah sampai novel-novel mutakhir yang menurut dosenku menunjukan kekosongan eksisitensial penulisnya. Ya, kekosongan itulah yang mewarnai hidupku.
Hari ini untuk kesekian kali aku hanya bisa menatap sosok itu menaiki tangga di sebelah ruang kuliahku. Sosok yang begitu sempurna dimataku. Dony Setyawan namanya, dialah sosok pertama yang menciptakan gemuruh di hatiku.
Semalam aku habis melahap trilogi-nya Fira Basuki Jendela-jendela, Pintu, dan atap sehingga pagi ini aku kesiangan. Setengah berlari aku menaiki tangga namun belum sampai anak tangga terakhir sebuah teriakan memanggil namaku. “Tya,” begitu mengagetkanku teriakan itu. “Oh my God, mimpikah aku seorang Dony memanggilku. “Tunggu Tya,” dan kuhentikan langkahku dan ia pun mensejajarkan langkahnya denganku. Aku tak peduli lagi akan keterlambatanku, bahkan kucoba mencubit diriku sendiri kuyakinkan bahwa aku sedang tidak bermimpi.
Sekian menit aku bersamanya dan aku merasa bahagia hingga Dony mengingatkan bahwa aku harus kuliah. Tapi percuma dosenku tak bisa menoleransi keterlambatanku. Aku tak ikut kuliah, tapi aku bahagia apalagi sebelum berpisah Dony meminta nomor Hpku dan berjanji akan menghubungiku.
Betapa bahagianya hatiku tak ada hal lain dalam otakku hanya Dony bahkan buku-buku favoritku pun menjadi tidak menarik lagi. Sampai sore hari kutunggu janjinya. Menjelang malam ponselku berbunyi dan sebuah nomor baru masuk ke ponselku. Kuangkat teleponnya dan dari ujung sana kudengar suaranya.
“ Tya, maafin aku ya gara-gara aku kamu jadi terlambat.”
“ Nggak papa kok Don, aku malah senang kamu kita bisa ketemu dan ngobrol-ngobrol.”
“Oh ya udah maaf ya ganggu, tar aku SMS aja ya pulsaku limit nih, bye.”
Kutunggu SMSnya tapi tak ada pesan masuk ke inboxku. Aku putus asa tapi aku tak berani untuk menghubunginya tak berani untuk memulai percakapan dengannya.
Dua hari, tiga hari, satu minggu tak jua kudengar kabar darinya. Aku kembali menjadi Tya yang terpuruk di balik setumpuk buku.
Berminggu-minggu tak ada kabar, aku mulai menjalani rutinitasku yang menyebalkan. Tanpa sengaja aku melihatnya di kerumunan cewek di pojok ruangan, mereka sedang bercengkerama. Hatiku panas, mungkinkah aku cemburu? Aku hanya bisa memandangnya saat cewek-cewek centil itu menggodanya sambil mendengar suara hatiku yang menertawakan ketidak beranianku untuk menyapanya.
“Bodoh kamu Tya, kalau kamu diam saja mana mungkin dia tiba-tiba akan jatuh ke hadapanmu membawa sekeranjang kata cinta.”
Entah kenapa suara dari bawah alam sadarku tadi begitu memukul aku. Akhirnya kucoba untuk sekedar miscall dia dan ternyata dia SMS aku.
Knp Tya kok cuma miscall? Kangen ya?
Deg SMS itu membuat pipiku merona seketika, “kok dia bisa tahu kalau aku merindukannya?” Akupun tak menyia-nyiakan waktu untuk membalasnya.
“Cuma ngetes aja apa nomormu masih aktif, km ga pernah SMS aq lg sih”
Dan kukirimkan pesan singkat itu kepadanya dan tak lama kemudian masuklah sebuah report
Message delivered
Kutunggu lima menit hingga dia membalasnya
Sory Tya aq lg sbk, tgsku bnyk n aq lg ada mslh nih ma seseorg
Kupikir pasti masalah dengan ceweknya kuberanikan diri menanyakan itu dan tak kuduga ternyata pertanyaanku tepat
Ya gt deh, kt tmnku dy liat ce ku jln ma co lain n aq dah bktikan sndr
Dengan bijak kucoba memberi solusi kepadanya
“coba dl km tny ke dy sp tw co itu kakaknya ato sdrnya, jgn buru2 termakan gossip penyesalan selalu dtng terlambat lo!”
kutunggu lama sekali dia tidak membalas. Kupikir dia marah atas kata-kataku tapi akhirnya kuterima balasan darinya.
Sory lm blsnya km bnr jg tp aq ykn coz aq prnh dikenalin ke sdr2nya, jujur aq plng ga sng diboongin thanx ya sarannya km ce yg pngrtian co km psti sng
Kubaca pesan singkat itu berulang-ulang, andai dia tahu kalau dialah yang selama ini ada dihatiku dan tidak kusediakan ruang dihatiku ini untuk orang lain.
Sejak saat itu ia rajin SMS aku bahkan hanya untuk sekedar menanyakan kabar dan berita darinya yang terakhir kudengar bahwa ia telah putus dari ceweknya. Mendengar itu aku tak tahu harus sedih atau bahagia. Sedih karena apa yang kusarankan padanya tak ada yang berguna, bahagia karena akhirnya ada kesempatan untukku.
Tapi kupikir aku hanya bermimpi untuk mendengar kat cinta darinya. Mungkin aku punyakesempatan tapi bukankah di luar sana masih banyak cewek-cewek yang berebut cintanya. Aku tak yakin pada diriku sendiri tapi aku mencoba tetap positif thinking karena aku percaya bahwa apa yang kita pikrkan itulah yang terjadi dan peluang untuk mendapatkan Dony tetap ada.
Sore itu Dony datang kerumah. Dia mengembalikan buku yang dipijamnya dariku seminggu yang lalu. Tanpa kuduga di dalamnya terselip sebuah surat. Kubuka sampul ungu yang cantik dan kunikmati baris demi baris kata-katanya
Tya…
Mungkin kamu tak menduga aku akan mengatakan ini. Teramat sulit untukku tapi jujur lebih sulit lagi untuk menutupinya….
Setelah aku mengenalmu kurasakan sesuatu yang berbeda. Kamu tak seperti cewek-cewek lain yang menarik perhatianku dengan dandanan yang modis dan trendy. Kamu mampu mampu membuatku jatuh cinta dengan kepribadian, perhatian, dan kecerdasanmu.
Hanya itu yang bisa kuungkap I love u. would you like to be my girl friend?
Dony
Rasanya aku ingin menangis membacanya tak kusangka semua ini terjadi. Dony yang kukira hanya ada dalam mimpiku ternyata tak sebatas impian. Aku bahagia ternyata benar kata hatiku aku tak akan mendapatkannya kalau aku hanya diam dan terus berpikir bahwa aku tidak bisa. Tanpa pikir panjang kupencet keypad Hpku. Kuhubungi dia dan ketika tersambung aku hanya bisa berkata
“Love u too, Dony.”

Comments

  1. ini cerpen zaman awal kuliah dulu...jadi masih jadul banget ceritanya....

    ReplyDelete
  2. cerita ini hany fiktif belaka

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sebuah Catatan Kecil...

Perkembangan Aliran Linguistik

PEMAKAIAN BAHASA PROKEM SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI DI KALANGAN REMAJA