Karena Cinta tak Memilih....

Karena Cinta Tak Memilih…..
“Radith,” kusentuh pundaknya dan perlahan dia menoleh ke arahku. Bisikanku cukup mengagetkannya.
“Rat, bagaimana? Cukupkah waktu yang kuberikan padamu? Ra, aku siap menerima apapun kenyataan yang akan kudengar darimu.”
Aku tetap beku mendengar semua kata-kata Radith. Aku tak bergeming aku tak tahu harus berkata apa justru ketika Radith tak lagi membisu.
Karena aku wanita yang tak mampu bersetia.
“Wanita mana yang takkan terbuai ketika sebuah kasih sayang dan perhatian besar datang membuainya,” bisik suara hatiku.
Aku tak bisa bertahan ketika sosok yang kini diam disampingku ini mengurai sejuta kata cinta dan memberi kasih sayang yang tak diberikan Bayu padaku. Karena Radith mampu mencari celah diantara kesenanganku, karena dia mampu memberikan semua yang tak kudapat dari Bayu kekasihku dan dia mampu menggoyahkan hatiku yang selama ini begitu kokoh bersetia pada Bayu.
Bayu yang selama beberapa tahun ini setia padaku, hanya karena dia tak selalu ada disampingku maka aku berpaling. Bayu seperti namanya yang berarti angin selalu mengembara tak pernah kutahu dimana dia berada mungkin di dasar jurang ataupun di puncak gunung karena dia adalah seorang petualang yang tak pernah bisa diam. Saat aku menggigil di bawah selimut dimana dia entahlah mungkin dia sedang berselimut malam ataukah bermandikan hujan aku tak tahu.
Dia tidak romantis tapi begitu setia bahkan terlalu setia. Sementara Radithya, matahari yang tak pernah lelah memberikan sinar cintanya padaku. Aku bingung tak tahu mana yang harus kupilih. Bayu dengan kesetiaannya ataukah Radith dengan segudang perhatiannya?
“Rat, kutahu sulit bagimu untuk memilih tapi aku siap terhadap pilihanmu, sudah dua jam kau tetap bisu ayolah aku tak mau kau diam dan misterius seperti malam yang merupakan terjemahan dari namamu, please Rat!” dan aku masih tak mampu berkata. Aku sangsi akan apa yang akan kukatakan padanya.
“Mungkin akan ada rasa sakit hati tapi percayalah aku tak selemah yang kau kira. Aku laki-laki dan aku bukan pengecut apapun keputusanmu akan kuterima. Lebih baik sakit sekarang daripada nanti, bukankah akan sama saja sekarang, besok, atau lusa?”
Aku sudah akan berkata ketika sekelebat bayangan Bayu melintas seperti angin dihadapanku kemudian berganti Radith dangan ekspresinya yang tak bisa kutebak.
“Rat, sampai kapan kau akan diam? Bukankah lebih baik bicara daripada diam dan membuat orang lain berburuk sangka? Katakan Rat, meski itu akan menyakitkan,” Radith menatapku tak seperti biasanya, begitu tajam dan aku hanya bisa diam tak bergeming.
“Rat, mungkin salahku hadir diantara kalian, tapi bukankah kau tak pernah keberatan atas kehadiranku?” aku ingin berlari saja mendengar kata-kata Radith yang kian memojokkanku.
“Ratri, ayolah jangan terus menyimpan misteri, apa karena namamu yang berarti malam maka kau harus menyimpan misteri, gelap seperti malam? Jawablah dewi malamku.” Dasar Radith masih sempat dia merayuku.
“Jangan terlena Ratri!” bisik suara hatiku.
Sekilas bayangan Bayu muncul lagi melintas dan tertangkap retina mataku, sosok pria setia yang tak pernah romantis. Hanya sekali ia menunjukkan keromantisan pada dirinya.
Pagi itu pertengahan Januari, masih kuingat hujan di dini hari. Dia mengetuk pintu kamarku dan membawakanku setangkai edelweiss dari Merbabu katanya. Tak ada kata cinta dan itulah sikapnya yang paling romantis yang terkenang dalam ingatanku. Hanya itu, tak sebanding dengan perhatian Radith. Karena ia sangat peduli bahkan untuk perhatian-perhatian kecil yang sering terabaikan dan dianggap remeh.
Seiring senja yang kian memerah aku harus menentukan manakah yang akan kupilih. Aku sudah menentukan pilihanku. Sudah kutimbang masak-masak apa yang akan aku katakan.
“Radith, aku akan jawab apa yang ingin kamu dengar, aku berhak untuk memilih dan aku memilih untuk tak memilih Dith, aku tak memilih kalian berdua. Bukankah ini adil? Itulah pilihanku aku tak memilih kau maupun Bayu karena aku tak mau ada yang bahagia dan menari diatas tangis yang lain. Ini adil untuk kita bertiga, aku tak mau dengan memilih salah satu akan menyakiti yang lain. Meskipun aku juga harus sakit karena aku kehilangan kalian. Adilkan? Kita bertiga sama-sama sakit.” Kutarik nafasku dan kuselesaikan ucapanku. Berat harus melepas semuanya tapi tak adil jika aku harus memilih salah satunya.
“Makasih Rat, tak kusangka kau rela kehilangan aku dan Bayu sebagai konsekuensi atas keputusanmu tapi aku hargai keputusanmu,” ucapnya parau. Kulihat ada segurat kesedihan di matanya. Mata yang sekian lama ceria kini murung, muram tak ada cahaya.
Kuikuti langkahnya meninggalkan pantai ini. Angin senja mempermainkan rambutku. Kulihat sosok Radith dari balik punggungnya ada kesedihan disana. Aku pun merasakannya aku sedih harus melepaskannya tapi aku tak mau menyakiti Bayu yang begitu setia padaku.
“Rat, terima kasih kau berikan kesempatan untuk menyayangimu meski hanya sesaat tapi percayalah kau akan tetap menjadi yang paling berkesan. Rat, mungkin kita dulu memulai dengan awal yang salah, jika suatu saat ada kesempatan aku akan memulainya dengan awal yang lebih indah agar tak begini akhirnya. Sekarang aku harus pergi, dan rasakanlah jika dengan kepergianku ada satu hal yang terasa kurang pada dirimu berarti ada cinta di sana, di dasar hatimu untukku.” Dilepasnya tanganku dan kubiarkan dia pergi. Aku mematung tak bergeming membiarkannya meninggalkanku.
Kutatap kepergiannya bersama segurat cahaya lembayung yang kian redup. Tiba-tiba kurasakan kehampaan, apakah karena mentari itu pergi?

Comments

  1. Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sebuah Catatan Kecil...

Perkembangan Aliran Linguistik

PEMAKAIAN BAHASA PROKEM SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI DI KALANGAN REMAJA