Kawan...Pada Akhirnya.......

Kemarin aku baru menerima sepucuk surat dari sahabatku yang tengah diasingkan oleh keluarganya karena mungkin ia membuat kesalahan yang tak termaafkan. Surat itu berisi kata perpisahan yang kupikir begitu menyakitkan.
Aku dan dia pernah membeli sebuah novel yang sama karya almarhun Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Mereka yang dilumpuhkan. Novel itu berkisah tentang tahanan perang orang-orang yang dilumpuhkan dibalik terali.
Yah seperti Sarpin Danuasmara kini sahabatku hanya bisa menulis dalam pelumpuhannya. Hanya mengungkapkan kegelisahan dan kesedihannya lewat kata-kata. Dan pada perbincangan terakhir aku sempat menangis karena sudah terlalu banyak yang terlewat berdua. Banyak tempat menjadi saksi persahabatanku dan dia mulai dari emperan malioboro, perempatan, kantorpos besar, jalanan jogja yang panas ketika siang dan menjadi dingin ketika malam atau bahkan hall rektorat kampus yang menjadi saksi saat aku dan dia berbaring di samping air mancur sambil menatap bintang. Masihkah semua itu terulang pada suatu waktu? aku hanya berharap seperti pola-pola yang senantiasa terulang dalam siklus hidup aku harap suatu hari aku dan dia akan melewati pola yang sama ketika aku dan dia bersama. Kawan selamat jalan aku tak bisa berbuat apa-apa untukmu seperti pada mimpimu ketika aku menarikmu dari pusaran kegelapan dan badai..ya aku tak bisa menarikmu aku tak kuat menarikmu kawan dan kau tenggelam, maafkan aku kawan.......
Aku cuma bisa mendengarkan alunan lagu Dear God Avenged Sevenfold
Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I'm not around,

Comments

  1. sahabat terbaik adalah yang bisa menorehkan sejarah dalam diri kita.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sebuah Catatan Kecil...

Perkembangan Aliran Linguistik

PEMAKAIAN BAHASA PROKEM SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI DI KALANGAN REMAJA