Sepotong Luka untuk Ibu Kurasakan luka itu perlahan, begitu sakit. Angin senja meniup segala asa yang dulu ada. Derap hati tak lagi mengalunkan merdu tembang-tembang cinta yang begitu bergelora dahulu. Begitu senyap. Hatiku sepi tak ada lagi warna dalam hidupku, hanya hitam dan gelap. “Ibu,” kata itu tak lagi mampu kuucap. Aku merasa tak pantas menyebut nama yang begitu suci tak pantas kata itu keluar dari mulutku yang kotor. Tak hanya mulut tapi seluruh diriku. Begitu kotor, hitam, gelap seperti malam yang menjadi duniaku. Pusaran arus kesadaran membawaku ke depan pintu itu, pintu rumahku yang sekian tahun kutinggalkan. Kubayangkan guratan ketuaan di wajah ibu. Guratan wajah wanita perkasa. Wanita tangguh pahlawan yang menjaga kelangsungan hidupku. Wanita keras yang penuh kasih sayang. “ Nduk , ibu ndak bisa ngasih apapun buat kamu ibu cuma bisa nyangoni ngelmu buat kamu, belajarlah yang rajin jadilah manusia hebat, jangan seperti Ibu.” Kuingat kembali kat...